Untuk mendukung teorinya, Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada
Simpanse. Eksperimen tersebut dilakukan di Pulau Canary tahun 1913 –
1920. Berikut ini adalah eksperimen yang dilakukannya.ini dia percobaanya
1. Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah
tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di
atas sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung
tersebut, Simpanse berusaha untuk mengambilnya namun selalu mengalami
kegagalan. Dengan demikian Simpanse mengalami sebuah problem yaitu
bagaimana bisa mendapatkan buah pisang agar dapat dimakan. Karena
didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk
meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.
2. Pada eksperimen yang kedua masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih
sama yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar
tersebut diberi dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu
tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan
semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman) dalam
diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua
tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah
pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh
Simpanse ini berhasil.
3. Dalam eksperimen yang ketiga Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar,
Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar
diberi sebuah kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada
awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkar,
tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat sebuah kotak yang ada
di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight (pemahaman) dalam diri
Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibwah
pisang. Selanjutnya, Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih
pisang tersebut.
4. Eeksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu
buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak
ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi dua buah kotak. Semula
Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal.
Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi.
Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia
berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di
atas sangkar dengan tangannya.
berdasarkan eksperimenya tersebut kohler menjelaskanbahwa simpanse simpanse yang digunakanya untuk bereksperimen harus dapat membentuk suatu persepsi tentang situasi dan membentuk suatu hubungan yang relevan untuk menghadapi suatu permasalahan yang di sebabkan oleh suatu stimulus tertentu sehingga dapat memunculkan insight atau wawasan sehingga para simpanse dapat memecahkan permasalahanya. insight atau pengalaman dapat diperloleh melalui beberapa hal atau pengalaman yang diperoleh dan dipelajari simpanse saat berusaha dalam memecahkan masalah. Eeksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu
buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak
ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi dua buah kotak. Semula
Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal.
Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi.
Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia
berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di
atas sangkar dengan tangannya.
IMPLIKASI TEORI PERCOBAAN KOHLER DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Teori dan percobaan kehler tersebut mempunyai implikasi dalam proses pembelajaran anak didik. implikasi yang dapat diterangkan adalah :
1. Pemahaman (insight) memegang peranan penting dalam prilaku. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya peserta didik memiliki insight yang kuat
2. Untuk menunjang pembentukan insight, maka guru harus melaksanakan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), hal itu bisa dilaksanakan dengan menyusun strategi, memilih metode dan menggunakan media pembelajaran yang tepat
3. Setiap prilaku mempunyai tujuan (pusposive behavior). Prilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk
membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran
4. Setiap individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada (life space).
Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya dikaitkan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik
5. Menurut pandangan teori Gestalt, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila peserta didik mampu menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk dipergunakan memecahkan
masalah dalam situasi lain. Maka guru hendaknya dapat membantu peserta
didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya
6. Education is social process of change in the behavior of living
organisms. (Kohler, 1926). Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung
jawab untuk mendesain pembelajaran yang melibatkan beberapa komponen
yaitu guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta
didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan masyarakat
demikian yang dapat author bagi dari cerita kohler dan para simpansenya. semoga bermanfaat buat readers ....
sumber : http://miftahridlo.wordpress.com/2010/01/04/gestalt-theory-tatapan-sepintas-terhadap-teori-gestalt-wolfgang-kohler/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar